Sabtu, 12 September 2015


By on 00.38

Generasi I (1975-1981)

Generasi pertama
Toyota KIjang 1.jpg
Produsen Toyota
Masa dalam produksi 1975-1981
Perakitan Jakarta, Indonesia
Bentuk kerangka Pikap 2 pintu
Mesin 1.2 L (1,166 cc) 3K bensin
Transmisi transmisi manual 4 percepatan

Sejarah Produksi

Peluncuran perdana dari Toyota Kijang generasi pertama adalah pada tahun 1975, dalam acara Pekan Raya Jakarta 1975, dengan disaksikan oleh Mantan Presiden RI, Soeharto, dan Mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, dimana saat itu terdapat keraguan dari para perancangnya, tentang apakah Toyota Kijang dapat diterima oleh pasar Indonesia. Keraguan tersebut disebabkan karena Mitsubishi Colt merupakan jenis kendaraan yang mendominasi pasar mobil mini bus pada saat itu. Generasi pertama Toyota Kijang menerapkan konsep pickup dengan bentuk kotak mendasar. Model ini sering dijuluki "Kijang Buaya" karena tutup kap mesinnya yang dapat dibuka sampai ke samping. Kijang generasi perdana ini diproduksi hingga pada tahun 1981.

Unit Produksi

Pada tahun pertama peluncurannya (1975), total produksi Kijang generasi pertama hanya berjumlah 1.168 unit. Tiga tahun berikutnya, 1978, jumlahnya meningkat menjadi 4.624 unit. Jumlah produksi Kijang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kehadiran Kijang sebagai kendaraan multifungsi atau serbaguna yang mudah perawatannya membuat permintaan terus meningkat. Toyota Kijang lahir sebagai kendaraan dengan konsep Basic Utility Vehicle. Cocok sebagai kendaraan dengan konsep serba guna dan mudah untuk dirawat. Sejalan dengan peraturan pemerintah Indonesia untuk menerapkan konsep pembangunan ekonomi melalui pengembangan motorisasi dan otomotif di Indonesia, khususnya melalui konsep Kendaraan Bermotor Niaga Serbaguna (KBNS).

Konsep Produksi

Mobil dengan kode produksi KF10 ini nyaris berbentuk mirip dengan kotak buah yang ditempeli dengan 4 buah roda dan jendela yang ditutupi dengan kain terpal pada sisi-sisi pinggirnya. Kijang Generasi I ini dikenal masyarakat sebagai Kijang Buaya karena model buka-tutup kap mesin depan pada hidung mobil (bonnet) yang mirip dengan mulut buaya apabila kap mesin depan sedang dibuka. Rancangan awal kendaraan ini sangatlah sederhana. Kijang ini memiliki pintu yang seolah-olah ditempelkan begitu saja dengan badannya dengan engsel pintu yang mirip engsel pintu rumah yang berbunyi mendecit bila dibuka.Terlebih lagi pada saat itu, pintu mobil tidak dilengkapi kunci maupun alarm sebagai sistem keamanannya meski pada generasi selanjutnya yang sudah dimodifikasi, dilengkapi dengan kunci pintu serta engkol pintu yang masih mirip pintu rumah serta kaca pada pintu mobil.
Posisi pengemudi pada kijang ini terletak terlalu ketengah dengan tongkat perseneling untuk transmisi mesin yang sulit dijangkau. Mesin yang digunakan menggunakan mesin Toyota Corolla pada zamannya dengan tipe 3K berkapasitas 1200 cc dengan transmisi 4 percepatan. Selain keluar dengan tipe mobil bak terbuka (pick up), mobil kijang ini dimodifikasi menjadi mobil penumpang terutama dilakukan oleh perusahaan perusahaan karoseri mobil seperti halnya mobil mobil niaga pada masa itu dimana rancangan bodi tidak ditangani pabriknya langsung. Sebagai contoh, mobil ini digunakan sebagai mobil penumpang angkutan umum di kota Balikpapan pada tahun 1980 - 1985.

Generasi II (1981-1986)

Generasi kedua
Toyota Kijang 2.jpg
Produsen Toyota
Masa dalam produksi 1981-1986
Perakitan Jakarta, Indonesia
Bentuk kerangka Pikap 2 pintu
MPV 4 atau 5 pintu
Mesin 1.3 L (1,290 cc) I4 4K bensin
1.5 L (1,486 cc) I4 5K bensin (1985-1986)
Transmisi transmisi manual 4 percepatan
Kijang KF20 Pick Up
Kijang KF20 Minibus
Toyota Kijang generasi II mulai dijual pada tahun 1981. Bentuk model ini tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya, namun memiliki beberapa perubahan yang di antaranya adalah peningkatan kapasitas silinder mesin menjadi 1.300 cc (naik 100 cc). Kapasitas ini kemudian dinaikkan lagi hingga 1.500 cc (naik 200 cc).

Sejarah Produksi

Mobil ini, walaupun disebut sebut memiliki banyak perubahan, bentuknya masih ada kesamaan dengan Kijang Buaya. Lampu mobil masih bulat di samping depan kanan-kiri dan gril masih sederhana dengan tulisan TOYOTA pada bagian depan. Garis pada bonnet juga masih simpel dan curam. Meski bukaan pada tutup kap mesin tidak lagi bukaan penuh hingga bagian tepi hidung mobil (bonnet) seperti halnya kijang sebelumnya.

Konsep Produksi

Mobil dengan kode rangka KF20 ini akrab sebagai Doyok (sebutan yang diambil dari sebuah serial kartun bertokoh Doyok pada harian Pos Kota) sehingga dikenal juga sebagai Kijang Doyok. Pintu lebih manis dengan dilengkapi kaca dengan engsel tidak lagi mirip engsel pintu rumah dan dilengkapi kunci pada tahun 1982. Dengan mesin 4K berkapasitas 1300 cc, transmisi masih 4 percepatan. Suspensi masih double wishbone dengan per daun pada bagian depan dan per daun under axle (di bawah gardan) pada bagian belakang mobil.
Perjalanan mobil ini juga diiringi perkembangan baru seperti halnya disempurnakannya transmisi dan diferential sekaligus menambah booster rem pada tahun 1983. Toyota juga dikenal dalam perencanaan produknya sampai 5 tahun berikutnya yang dapat dilihat melalui pengembangan mobil ini. Pada tahun 1984 mengadakan perubahan pada gril dan bumper, termasuk pemakaian lampu kotak. Lampu sein yang pada produksi awal masih terletak di bumper depan, kini naik ke grill mengapit tulisan TOYOTA .
Sampai tahun 1983, permintaan mobil ini tetap tinggi, sampai akhirnya Toyota melakukan perubahan pada mesin yang kemudian memakai tipe 5K dengan kapasitas 1500 cc namun irit dalam pemakaian.
Pada generasi inilah, muncul dua tipe minibus yang dikerjakan oleh perusahaan karoseri yang ditunjuk Astra, yaitu :
  • Family  : minibus 3 pintu (2 di depan dan 1 di samping kiri) dengan imbuhan "bagasi" di bagian belakang yang sejatinya sebuah bukaan pada tempat plat nomor. Pada tipe ini, semua kursi menghadap ke depan, dan dapat memuat 7 penumpang.
  • Commando : minibus 4 pintu (dengan pintu paling belakang tipe ambulan yang terbagi dua membuka ke kedua sisi), dengan kursi paling belakang saling berhadapan. Dapat memuat 8 penumpang. Tipe ini berlanjut sampai ke generasi III.

Generasi III (1986-1997)

Generasi ketiga
Gambar Toyota Kijang Genera.gif
Produsen Toyota
Masa dalam produksi 1986-1997
Perakitan Jakarta, Indonesia
Bentuk kerangka Pikap 2 pintu
MPV 4 atau 5 pintu
Mesin 1.5 L (1,486 cc) I4 5K bensin (1986-1995)
1.8 L (1,781 cc) I4 7K bensin (1992-1996)
Transmisi manual 5 percepatan
otomatis 4 percepatan
Jarak sumbu roda 2,500 mm (98.4 in)[1]
Panjang 4,425 mm (174.2 in) [1]
Lebar 1,620 mm (63.8 in) [1]
Tinggi 1,880 mm (74.0 in) [1]
Berat kosong 1,470 kg (3,241 lb) [1]
Kijang KF50 Pick Up
Toyota Kijang SSX (KF42)
Toyota Kijang 1.8 Grand Extra (KF52)
Pada tahun 1986, model Toyota Kijang generasi III dilempar ke pasaran. Kijang generasi ini bentuknya lebih melengkung pada lekukannya sehingga tampak lebih modern. Model ini hingga saat ini masih banyak digunakan di jalanan di Indonesia meski tidak lagi diproduksi.
Pada generasi ini, konsep Kijang sebagai kendaraan angkut mulai bergeser sebagai kendaraan penumpang sekalipun banyak Kijang generasi sebelumnya juga dimodifikasi sebagai kendaraan penumpang. Pada generasi ini juga masih terdapat varian pick up, meski tidak lagi menjadi konsep utama Toyota Kijang seperti generasi sebelumnya. Di zaman/masa ini, bisa dikatakan sebagai generasi kejayaan Kijang sebagai mobil penumpang, terutama sebelum banyak mobil penumpang Built Up impor meramaikan pasar kendaraan di Indonesia serta puncak dominasi Toyota atas model-model kuat seperti Mitsubishi Colt L300 dan minibus tanpa bonnet lainnya seperti Suzuki Carry dan Daihatsu Zebra dimana Kijang menjadi pilihan kuat konsumen saat itu. Toyota mengeluarkan dua tipe Kijang pada generasi ini yakni tipe Super Kijang dan Grand Extra dengan memiliki life cycle cukup panjang (lebih dari satu dekade) dibandingkan generasi sebelumnya.
Desain mobil ini memiliki bentuk lebih manis dan halus dibandingkan generasi lalu yang kaku mirip kotak sabun. Teknologi full pressed body diperkenalkan untuk menekan penggunaan dempul dalam proses pembuatannya hingga 2–5 kg dempul per mobil. Mesin pada awal generasi ini masih memakai tipe 5K namun memiliki daya kuda (horse power) yang lebih tinggi yakni 63 hp dari sebelumnya 61 hp. Transmisi menghadirkan 5 percepatan, dan 4 percepatan, yang sebelumnya hanya memakai 4 percepatan.
Pada generasi ketiga ini, Toyota Kijang memiliki varian yang cukup luas. Varian Commando, dan Ranger. varian Commando sebagai ciri Toyota kijang ini memiliki '4 pintu' dengan plihan :
  • Commando LSX (Kf50 : 5 speed, Rem cakram depan).
  • Commando SSX (KF40 : 5 speed, Rem cakram depan).
  • Commando LX (KF50 : 4 speed).
  • Commando SX (KF40 : 4 speed).
Ada pula Varian "Ranger" yang memiliki ciri memiliki '3 pintu' dengan kode sasis 'KF40', dan memiliki sistem percepatan 5speed (SSX), serta menggunakan sistem penghenti laju rem cakram pada bagian depan. Varian 3 pintu ini sangat jarang ditemukan, karena diproduksi hanya selama 3 tahun, antara 1987 sampai 1990 .
Peluncuran logo baru Toyota pada November 1989, yang menjadi ciri khas mobil Toyota sampai saat ini. Selanjutnya pada tahun 1991, Super Kijang mengalami perubahan pada sistem kemudi 'Rack & pinion' agar sistem kemudi lebih ringan, dan penyempurnaan pada Axle 3 kople untuk mengurangi getaran. Serta penambahan power steering.
Setelah Agustus 1992, Toyota memasuki generasi perbaikan bodi mobil yang disebut sebagai Toyota Original Body. Sebuah proses pembuatan bodi mobil dengan mesin press dan metode las titik. Sampai saat ini, bisa dikatakan satu-satunya Kijang yang bebas dempul. Pada masa ini terjadi perubahan letak tangki bensin yang awalnya berada di bawah bemper belakang menjadi di tengah samping kiri, sedangkan posisi ban serep yang semula diletakan di tengah samping kiri dipindah menjadi di bawah bemper belakang.
Sementara untuk versi Deluxe (Super G) terdapat perubahan khususnya pada lampu depan, grill, dan ditambahkan power steering pada kemudi yang meringankan pengemudi. versi Grand Extra(sebagai Varian Tertinggi) memiliki ciri penamaan LGX (Long Grand Xtra) SGX (Short Grand Xtra) terdapat penambahan tachometer, penambahan fender, Power Window, Alloy Wheel bermerek Enkei, dan AC double blower.
Pada tahun 1994 terdapat penambahan variasi mesin yaitu tipe 7K berkapasitas 1800 cc (naik 300 cc) yang lebih bertenaga, serta diberhentikan produksinya varian mesin 5k pada tahun yang sama juga.
Selain itu, Toyota Kijang generasi ketiga juga menyediakan banyak rentang varian seperti : LX, LSX, LGX (untuk sasis panjang) SX, SSX, SGX (untuk sasis pendek), khusus LX, SX (Kijang Standar) dan pick up transmisi menggunakan 4 percepatan dan menggunakan dashboard konvensional ala Super Kijang, serta penghenti laju rem tromol.
Selain tipe-tipe tersebut diatas juga terdapat beberapa tipe buatan karoseri lokal, yaitu Rover (berubah menjadi RoverAce setelah mendapat keberatan dari produsen mobil Rover, Inggris), Jantan (Roda Nada Karya), dan Toyota Kencana. Raider dan Jantan kebanyakan menggunakan sasis panjang, Rover sasis pendek, dan Toyota Kencana mempunyai atap yang lebih tinggi dibanding Kijang biasanya.
Sampai saat ini, Toyota Kijang ketiga (baik seri Super dan Grand Extra) masih banyak di pasaran mobil di Indonesia dan masih dihargai mahal.

Toyota Kijang Soeharto Series

Pada menjelang akhir-akhir Toyota Kijang ketiga, kira-kira tahun 1995-1996, varian Toyota Kijang Soeharto Series diluncurkan dalam rangka memperingati 50 Tahun Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1995. Bentuknya masih sama dengan varian Grand Extra. Hanya yang membedakan dengan seri reguler adalah seri ini adalah seri pertama Toyota Kijang yang menggunakan transmisi otomatis 4 percepatan. Varian ini juga dikembangkan untuk merayakan 75 Tahun Pak Harto (1921-1996) dengan nama Toyota Kijang Soeharto Series II. Penamaan seri Soeharto ini dikarenakan Soeharto juga ikut andil dalam meluncurkan Toyota Kijang pada tahun 1975. Harganya bahkan lebih mahal dari seri reguler, bahkan mencapai Rp 100 juta/unit. Walaupun permintaan akan seri ini cukup tinggi, tetapi saat ini seri Toyota Kijang ini langka karena hanya diproduksi dari tahun 1995-1996. Dengan diluncurkannya Toyota Kijang ini, makin mengukuhkan namanya menjadi kendaraan niaga buatan rakyat Indonesia untuk masyarakat Indonesia.

Generasi IV (1997-2004)

Generasi keempat
Gambar Toyota Kijang Generasi 4.gif
Produsen Toyota
Masa dalam produksi 1997-2004
Perakitan Jakarta, Indonesia
Model berikutnya Toyota Kijang Innova
Bentuk kerangka Pikap 2 pintu
MPV 4 atau 5 pintu
Mesin 1.8 L (1,781 cc) I4 7K-C bensin OHV (1997-1999)
1.8 L (1,781 cc) I4 7K-E bensin SOHC (1999-2005)
2.0 L (1,998 cc) I4 1RZ-E bensin SOHC (1999-2005)
2.4 L (2,446 cc) I4 2L diesel (2000-2005)
Transmisi manual 5 percepatan
otomatis 4 percepatan
Toyota Kijang LSX (KF82)
Toyota Kijang LGX 2003 (facelift)
Setelah sebelas tahun bertahan dengan rancangan generasi ketiga, Kijang meluncurkan model berikutnya dengan perubahan pada eksterior dan interiornya menjadi lebih aerodinamis pada tahun 1997. Model ini akrab dipanggil "Kijang Kapsul". Total varian awalnya mencapai 18 model dengan pilihan sasis (panjang/pendek) dan mesin yang berbeda (bensin/diesel).
Mulai Kijang generasi keempat ini, dominasi Jepang semakin besar. Kalau sebelumnya Toyota Astra Motor memanfaatkan perakitan bodi mobil banyak menggunakan karoseri. Pada generasi ini sudah dikatakan menyiratkan mobil yang sesungguhnya. Desainnya membulat seperti kapsul dan lebih aerodinamis dan menjadi loncatan desain pada masanya. Pada Kijang yang dikenal sebagai Kijang baru ini, Toyota mengeluarkan dua tipe mesin yakni Mesin bensin 1800cc (tipe 7K) seperti generasi sebelumnya dan Mesin diesel 2400cc (tipe 2L) tanpa turbo milik Toyota HiAce yang membuat persaingan dengan Isuzu Panther untuk mobil keluarga bermesin diesel yang saat itu mendominasi pasaran Indonesia.
Pada Kijang versi tahun 1997 - 1999, mesin bensin masih menggunakan karburator, barulah pada tahun 2000, tersedia mesin bensin dengan sistem injeksi elektronik, Electronic Fuel Injection (EFI). Ada dua pilihan untuk mesin bensin EFI, yaitu 7K-E dengan kapasitas 1800cc bertenaga 80 hp dan 1RZ-E dengan kapasitas 2000 cc bertenaga 100 hp yang diambil Dari Toyota Hilux. Meskipun mesin 1RZ-E secara teknologi lebih canggih jika dibandingkan dengan mesin 7K-E, namun mesin bensin 2000cc ini kurang laku di pasaran Indonesia karena konsumsi bahan bakarnya yang dinilai lebih boros dibandingkan dengan tipe 7K-E. Kijang 2000cc ini hanya terdapat pada tipe SGX, LGX, dan Krista. Untuk tipe LX, SX, dan pick-up keluaran 1997 - 1999, masih menggunakan transmisi manual 4 percepatan, sedangkan model lainnya menggunakan transmisi manual 5 percepatan.
Perubahan mesin ini dinamai New Kijang EFI dengan mengubah desain lampu menjadi "lampu kristal" yang menghilangkan lampu kabut built-in yang terdapat pada tipe LGX/SGX sebelumnya. Lampu model ini juga terdapat pada lampu belakang, desain bumper baru, dan juga desain velg roda yang berbeda serta seatbelt (sabuk keselamatan) pada jok penumpang bagian tengah (varian SSX/LSX dan SGX/LGX). Selebihnya hampir sama dengan sebelumnya. Opsi velg alloy racing 15" bermerek Enkei tersedia untuk varian LSX dan SSX. Facelift terakhir mengubah bentuk lampu depan, lampu belakang diberi hiasan ala Toyota Land Cruiser, bumper desain baru, kelir interior baru, desain setir baru serta menghilangnya varian Diesel tipe sasis pendek dan varian mesin 1800cc untuk tipe Krista.
Pada versi Kijang Kapsul selain terdapat varian SX, SSX, SGX (sasis pendek) LX, LSX, LGX (sasis panjang) dan pick up, ada juga varian Krista (berbasis varian LGX) dengan tambahan over fender, warna body two tone dan interior lebih mewah dari LGX/SGX serta Rangga (berbasis varian SSX) dengan tambahan over fender, warna body two tone dan ban serep ala jip yang dipasang menempel pada pintu belakang. Krista menggunakan sasis panjang, sedangkan Rangga menggunakan sasis Pendek. Pada generasi ini tipe karoseri Rover Ace (umumnya berbasis sasis pendek) dan Jantan Raider (umumnya berbasis sasis panjang) juga masih diproduksi beberapa unit. Diproduksi juga Kijang dengan penggerak empat roda (4x4) dengan basis LGX untuk pasar Afrika (Toyota Condor, 2000-2005). Model ini mengadopsi fitur yang jauh lebih lengkap, bahkan airbag pengemudi dan AC climate control pun telah tersedia. Mesinnya sama dengan pasar lain, namun khusus pasar Afrika ditawarkan mesin diesel 3000cc 5L pada varian 4x4.
Pada generasi keempat inilah Kijang mulai diekspor ke manca negara dengan berbagai nama, kecuali untuk Brunei Darussalam yang tetap menggunakan nama Kijang, yaitu Malaysia dan Singapura (Toyota Unser), Filipina (Toyota Revo), Taiwan (Toyota Zace surf),Vietnam (Toyota Zace) dan Afrika Selatan (Toyota Condor 4x4)

Generasi V (2004-2015)

Generasi kelima
Innova2.jpg
Produsen Toyota
Masa dalam produksi 2004-2015
Perakitan Jakarta, Indonesia
Bentuk kerangka MPV 5 pintu
Platform IMV
Mesin 2.0 L (1,998 cc) I4 1TR-FE bensin DOHC
2.7 L (2,694 cc) I4 2TR-FE bensin DOHC
2.5 L (2,494 cc) I4 2KD-FTV turbodiesel
Transmisi manual 5 percepatan
otomatis 4 percepatan
Mobil terkait Toyota Fortuner
Toyota Hilux
Kijang Innova facelift pertama (September 2008-30 Juli 2011)
Kijang Innova facelift kedua (30 Juli 2011-18 Agustus 2013)
Kijang Innova facelift ketiga (18 Agustus 2013-sekarang)
Kijang kembali diperbaharui pada tahun 2004 dan dipasarkan dengan nama "Kijang Innova". Selain di Indonesia, model ini juga dipasarkan ke pasar luar negeri dengan nama "Innova" (tanpa "Kijang"). Model ini telah mengalami perubahan yang cukup drastis dibandingkan dengan model dari generasi sebelumnya. Jika pada awal konsep Kijang generasi pertama adalah Basic Utility Vehicles atau kendaraan kelas bawah, maka Kijang generasi V lebih dikategorikan sebagai kendaraan kelas menengah. Bentuk model fisiknya jauh lebih modern dan futuristik, terutama di bagian depan kendaraan, dimana tidak lagi menonjolkan bentuk lekukan tajam seperti pada model-model sebelumnya.

Konsep Produksi

Model ini dikeluarkan oleh Toyota Astra Motor pada tahun 2005, yang dipasarkan dengan konsep mobil keluarga jenis MPV (Multi Purposes Vehicle) masa kini, dengan bentuk bodi yang lebih aerodinamis beserta kenyamanan setaraf dengan sedan mewah. Posisi pengendaraan lebih akurat, letak shift knob terjangkau dan panel instrumen yang lebih user friendly. Generasi ini menerapkan Mesin VVT-i 2000 cc dengan jenis 1TR-FE berkatup 16 DOHC dengan tenaga yang jauh lebih besar daripada Kijang generasi sebelumnya, yaitu sebesar 136 hp, menggantikan jenis K/RZ Dan L pada generasi sebelumnya. Kijang generasi ini dirancang dengan sistem Direct Ignition System (DIS) dan merupakan penerapan dari teknologi pedal gas tanpa kabel atau Throttle Control System-Inteligent dan dilengkapi oleh mesin membujur dengan penggerak roda belakang (Rear Wheel System).

Penyempurnaan Produksi

Menggunakan Suspensi Independen Double Wishbone dengan per keong pada bagian depan (Coil Spring) dan 4-link Lateral Rod Rigid Axle pada bagian belakangnya, Kijang generasi ini dapat meredam guncangan lebih nyaman. Chasis masih menggunakan Ladder Bar namun beban suspensi dapat didistribusikan secara merata keseluruh bagian badan mobil sehingga Body Roll dan tingkat Pitching semakin kecil atau sudut geometri suspensi lebih handal ketimbang kijang generasi sebelumnya karena titik jatuh suspensi yang lebih akurat berbanding antara panjang dan lebar mobil.
Penyempurnaan lain terdapat dibagian kemudi. Pengendara dapat lebih akurat mengarahkan kemudi disetiap tikungan. Stabilitas arah kemudi lebih handal karena menggunakan model Rack-and-Pinion dengan Engine Speed Sensing Power Steering sehingga mobil mudah dikendalikan dalam kecepatan 120 km/jam pada tikungan S maupun belokan memutar 270 derajat sekalipun. Kijang generasi ini mengusung dua jenis transmisi, baik yang menggunakan transmisi otomatis maupun transmisi manual. Beberapa teknologi pada Kijang Innova yang tidak ditemui pada generasi sebelumnya menurut klaim Toyota Astra Motor adalah:
  • Mesin dengan VVT-i
VVT-i atau Variable Timing Intelligent berupa controller yang dipasang dibagian chamshaft intake yang bertugas untuk mengatur Timing Chamshaft Intake dan menyesuaikan terhadap perubahan kondisi mesin. Berbagai sensor mesin lainnya (suhu, rem, gas, dan lain-lain) bertugas memberikan informasi kepada ECU (Engine Control unit) agar dapat melakukan pengukuran konsumsi jumlah bahan bakar dengan udara yang diperlukan Injector dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dari proses tersebut. Dengan penerapan metode ini, dapat menghasilkan proses pembakaran yang relatif lebih efisien. Kondisi tersebut dimungkinkan karena proses konsumsi bahan bakar dikerjakan dengan lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan mesin, dan pada akhirnya menghasilkan sisa emisi gas buang yang lebih rendah.
  • Mesin Diesel D4D
D4D atau juga disebut Direct Four Stroke Turbo Commonrail Injection . Mesin ini menggunakan sistem injeksi Commonrail dimana bahan bakar solar akan dihisap oleh pompa bahan bakar melalui saringan bahan bakar (fuel filter) agar dapat menghasilkan kualitas bahan bakar solar dengan tingkat emisi gas buang yang sangat rendah. Bahan bakar ditekan pada jalur sebelum injektor Piezo dengan tekanan tinggi sebelum ECU memerintahkan untuk diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Sistem commonrail akan mengatur laju tekanan bakan bakar secara elektronik, baik dari sisi banyaknya maupun waktu penyemprotan bahan bakar. Bahan bakar disemprotkan melalui injektor berlubang 6 dengan diameter 0.14 mm. Pada mesin ini terdapat ECU 32 bit yang berfungsi sebagai sensor utama mesin. Keunggulan mesin ini adalah akselerasi & performa yang optimal, beserta tingkat getaran & suara mesin yang lebih halus yang dapat dihasilkan beserta dengan tingkatan jumlah emisi gas buang yang lebih rendah.
  • Anti Maling
Mobil ini dilengkapi dengan Theft Different System yang biasa disebut Engine Immobilizer System. Fitur ini mencegah mesin hidup apabila kode ID kunci tidak sesuai dengan yang terdapat di ECU. Sistem ini menggunakan Chip Transponder pada setiap anak kuncinya. Dimana coil yang dipasang pada setiap rumah kunci, amplifier dan Transfonder Key ECU, akan menolak menyalakan mesin apabila kode ID yang didapatkan tidak sesuai dengan kode ID yang terdapat pada kuncinya. Sebagai contoh apabila mobil dipaksa untuk dibuka dengan kunci palsu atau kunci T.
  • Single Belt
Penggunaan Single Belt mengurangi panjang dimensi mesin, bobot mesin, jumlah komponen dan beban kerja mesin dibandingkan dengan 3 belt (AC, power steering dan altenator) pada generasi sebelumnya.
  • Pedal Gas Elektronik
Sistem pedal gas (Electronics Throtle Control System ETCS-i) membuat generasi ini dilengkapi sensor pedal gas yang dapat mengubah setiap gerak mekanik menjadi sinyal elektrik untuk dikirim ke ECU, dimana ECU akan menghitung setiap pembukaan throttle valve lewat motor penggeraknya yang terletak di throttle body agar lebih optimal untuk setiap kondisi jalan.
Bila terjadi malafungsi pada salah satu sensor, ECU akan memerintahkan throttle body bekerja pada mode limp (minimal) agar mobil tetap bisa dijalankan.
  • Sensor Ultrasonic
Sensor ini digunakan untuk memudahkan pengedara saat parkir, sensor ini terletakkan pada bumper belakang yang akan memberikan peringatan kepada pengendara apabila mendekati benda atau rintangan dengan radius deteksi berjarak 150 cm dan tinggi antara 22–82 cm.

Generasi VI (2015-sekarang)

Generasi keenam
ToyotaInnovaAutocarIndia-640x420 c.jpg
Produsen Toyota
Masa dalam produksi Agustus 2015-sekarang
Perakitan Jakarta, Indonesia
Bentuk kerangka MPV 5 pintu
Platform IMV
Mesin 2.0 L (1,998 cc) I4 1TR-FE bensin DOHC
2.7 L (2,694 cc) I4 2TR-FE bensin DOHC
2.5 L (2,494 cc) I4 2KD-FTV turbodiesel
Transmisi manual 5 percepatan
otomatis 4 percepatan
Mobil terkait Toyota Fortuner
Toyota Hilux
Toyota Kijang Innova generasi terbaru akan diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2015, bertepatan dengan hari Kemerdekaan RI yang ke-70 tahun.

Fitur

Mesin dengan VVT-i

VVT-i atau Variable Timing Intelligent berupa controller yang dipasang dibagian chamshaft intake yang bertugas untuk mengatur Timing Chamshaft Intake dan menyesuaikan terhadap perubahan kondisi mesin. Berbagai sensor mesin lainnya (suhu, rem, gas, dan lain-lain) bertugas memberikan informasi kepada ECU (Engine Control unit) agar dapat melakukan pengukuran konsumsi jumlah bahan bakar dengan udara yang diperlukan Injector dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dari proses tersebut. Dengan penerapan metode ini, dapat menghasilkan proses pembakaran yang relatif lebih efisien. Kondisi tersebut dimungkinkan karena proses konsumsi bahan bakar dikerjakan dengan lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan mesin, dan pada akhirnya menghasilkan sisa emisi gas buang yang lebih rendah.

Mesin Diesel D4D

D4D atau juga disebut Direct Four Stroke Turbo Commonrail Injection . Mesin ini menggunakan sistem injeksi Commonrail dimana bahan bakar solar akan dihisap oleh pompa bahan bakar melalui saringan bahan bakar (fuel filter) agar dapat menghasilkan kualitas bahan bakar solar dengan tingkat emisi gas buang yang sangat rendah. Bahan bakar ditekan pada jalur sebelum injektor Piezo dengan tekanan tinggi sebelum ECU memerintahkan untuk diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Sistem commonrail akan mengatur laju tekanan bakan bakar secara elektronik, baik dari sisi banyaknya maupun waktu penyemprotan bahan bakar. Bahan bakar disemprotkan melalui injektor berlubang 6 dengan diameter 0.14 mm. Pada mesin ini terdapat ECU 32 bit yang berfungsi sebagai sensor utama mesin. Keunggulan mesin ini adalah akselerasi & performa yang optimal, beserta tingkat getaran & suara mesin yang lebih halus yang dapat dihasilkan beserta dengan tingkatan jumlah emisi gas buang yang lebih rendah.

Sistem Alarm

Mobil ini dilengkapi dengan Theft Different System yang biasa disebut Engine Immobilizer System. Fitur ini mencegah mesin hidup apabila kode ID kunci tidak sesuai dengan yang terdapat di ECU. Sistem ini menggunakan Chip Transponder pada setiap anak kuncinya. Dimana coil yang dipasang pada setiap rumah kunci, amplifier dan Transfonder Key ECU, akan menolak menyalakan mesin apabila kode ID yang didapatkan tidak sesuai dengan kode ID yang terdapat pada kuncinya. Sebagai contoh apabila mobil dipaksa untuk dibuka dengan kunci palsu atau kunci T.

Single Belt

Penggunaan Single Belt mengurangi panjang dimensi mesin, bobot mesin, jumlah komponen dan beban kerja mesin dibandingkan dengan 3 belt (AC, power steering dan altenator) pada generasi sebelumnya.

Pedal Gas Elektronik

Sistem pedal gas (Electronics Throtle Control System ETCS-i) membuat generasi ini dilengkapi sensor pedal gas yang dapat mengubah setiap gerak mekanik menjadi sinyal elektrik untuk dikirim ke ECU, dimana ECU akan menghitung setiap pembukaan throttle valve lewat motor penggeraknya yang terletak di throttle body agar lebih optimal untuk setiap kondisi jalan.
Bila terjadi malafungsi pada salah satu sensor, ECU akan memerintahkan throttle body bekerja pada mode limp (minimal) agar mobil tetap bisa dijalankan.

Sensor Ultrasonic

Sensor ini digunakan untuk memudahkan pengedara saat parkir, sensor ini terletakkan pada bumper belakang yang akan memberikan peringatan kepada pengendara apabila mendekati benda atau rintangan dengan radius deteksi berjarak 150 cm dan tinggi antara 22–82 cm.

About Syed Faizan Ali

Faizan is a 17 year old young guy who is blessed with the art of Blogging,He love to Blog day in and day out,He is a Website Designer and a Certified Graphics Designer.

0 komentar:

Posting Komentar